Kita harus bersyukur karena sekarang ini kita berada di era damai, kecuali hanya beberapa daerah saja yang masih perang. Tidak seperti di zaman awal islam, dimana islam selalu di serang, sehingga sering sekali terjadi perang antara umat islam dan umat lain, seperti Kristen, Yahudi, dsb. Oleh karenanya pada zaman awal islam dahulu kata jihad bukanlah suatu hal yang asing di telinga umat islam. Banyak umat islam yang ingin ikut berjihad di jalan Allah dan menjadi syuhada. Pertanyaannya masih adakah jihad di era damai seperti sekarang ini?
Menurut penulis, tentu jihad masih ada. Dan bentuknya banyak sekali. Misalnya jihad dengan mendirikan yayasan yatim piatu, jihad mendidik anak, dan juga jihad dengan menuntut ilmu. Akan tetapi disini penulis hanya akan membahas jihad dengan menuntul ilmu.
Mengapa penulis mengatakan menuntut ilmu sebagai salah satu bentuk jihad dijalan Allah. Sebelumnya kita perlu mengetahui makna jihad yang sesungguhnya sehingga kita tidak terjebak dalam pemahaman jihad secara sempit. Jihad berasal dari kata jahada yang berarti ‘usaha’. Jadi secara bahasa, asal makna jihad adalah mengeluarkan segala kesungguhan, kekuatan, dan kesanggupan pada jalan yang diyakini (diiktikadkan) bahwa jalan itulah yang benar. Jadi jika ada yang beranggapan bahwa jihad itu hanya berperang melawan kaum kafir. Saya kita itu bukan jawaban yang tepat dan perlu untuk diluruskan.
Karena menuntut ilmu juga memerlukan kesungguhan, kekuatan, dan kesanggupan dan tentu menuntut ilmu itu adalah tindakan atau jalan yang benar. Maka dari itu menuntut ilmu juga merupakan sebuah jihad. Dan orang yang menuntut ilmu dengan sungguh sungguh dan iklas juga tentu akan mendapatkan pahala jihad. Jadi kita tidak perlu ke negara kafir untuk memerangi mereka untuk berjihad.
Kemudian bentuk menuntut ilmu seperti apa yang dapat dikatakan jihad. Apakah hanya menuntut ilmu agama saja? Ya, menutut ilmu agama itu sangat sangat penting. Bagaimana solat kita jika kita tidak tahu ilmu tentang solat, bagaimana puasa kita jika kita tidak tahu ilmu tentang puasa. Tapi apa hanya sampai disitu saja. Menurut penulis tentu tidak. Kita perlu juga menuntut ilmu duniawi juga. Karena kita hidup bukan diakhirat saja kelak. Tapi sekarang kita hidup di dunia juga.
Apalagi zaman sekang ini, dimana ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang pesat. Kita sangat perlu untuk mencari ilmu duniawi. Jika tidak kita akan kalah dengan bangsa lain. Agama kita juga akan lemah.
Salah satu ilmu duniawi yang sangat penting yaitu bahasa inggris. Bahasa inggris adalah bahasa internasional. Kita tidak akan dapat berkomunikasi, berdiskusi, dan menyerap ilmu bangsa lain jika kita tidak bisa bahasa inggris. Kita tidak akan bisa memahami karya-karya luar biasa hebat dari negara barat, seperti teori Relativitas karya Albert Enstein, yang merupakan cikal bakal pembuatan nuklir, teori Wealth of Nation karya Adam Smith yang sangat bagus, dan karya atau teori yang ditulis oleh orang barat lainya yang menggunakan bahasa inggris, jika kita tidak menguasai bahasa inggris.
Akan banyak ilmu yang kita peroleh jika kita mampu berbahasa inggris. Kita dapat mendapatkan ilmu yang luar biasa hebat secara langsung jika kita mengusai bahasa inggris. Karena sebagian besar ilmu yang ada di dunia ini menggunakan bahasa inggris. Karena 70 persen lebih buku ditulis dengan bahasa inggris. Sedangkan seluruh buku di dunia ini yang menggunakan bahasa Indonesia jumlahnya tidak sampai 5 persen. Jadi apakah kita sudah puas hanya dengan menguasai bahasa Indonesia saja?
Wallahu’alam bissowab.